yang tidak dapat terucap namun selalu ku rasakan..
Butiran air mataku jatuh seketika memecahkan lamunanku saat itu. Segera mungkin aku mengusap pipi ku dengan tanganku sendiri, tidak ada ia lagi yang dulu melakukannya untukku.
“Fuuuuuhhhhh”.. ku hembuskan nafas, pikiranku kacau sampai hari ini, bahkan di dalam ramai nya suasana dalam bus kota yang penuh sesak pengap akan manusia yang berjejal mencari nafkah diriku masih diselimuti oleh kegalauan saat memasang headset dan memutar lagu favorite kami berdua when you love someone milik Endah and Rhesa.
Pikiranku melayang terulang saat dimana lima tahun lalu awal pertemuan kita di sebuah toko buku di pusat perbelanjaan ibu kota, yang membuatku langsung menyunggingkan senyum merekah.
“eh sorry” kata yang terucap di bibir kami berdua ketika kami hampir bertabrakan saat aku ingin mengambil comic favoritku di salah satu lorong toko buku.
Tak hanya berhenti disitu, ternyata dia diam-diam melirik buku apa yang aku cari. Mataku masih berputar diantara tumpukan comic-comic itu namun tak satupun kutemukan comic yang itu.
“Kamu cari ini?”... langsung ku menoleh ke arah suara itu. Dannnnn mataku terbelalak kegirangan karena melihat comic yang ku cari sedari tadi ada didepan mata.
“nih ambil aja” katanya.
“hmm gausah deh itu kan kamu duluan yang dapet” balasku.
Dari percakapan saat itu hubungan kami berkembang semakin akrab, hingga sampai pada tanggal 29 Oktober 2007 menjadi hari yang sangat indah untukku, karena pada hari itu Aryo, lelaki 170cm dengan kacamata dan lesung pipi menghiasi wajahnya, memintaku untuk menjadi pacarnya. Aryo adalah tipeku. Ia sosok yang pintar selalu bisa menjawab semua apa yang kutanyakan, Aryo juga pria yang dapat melengkapi sifatku yang introvert dan dia juga pria yang stylish sebagai bonusnya, mungkin itu juga karena pekerjaannya sebagai creative director di sebuah majalah fashion. Hihi. Karena itu juga aku mengiyakan permintaan Aryo kala itu.
Bila di ingat memang sangat lucu awal pertemuan kami, seperti di dalam sinetron-sinetron. Hahaha
Hari demi hari kami kami lewati bersama sebagai sepasang kekasih, semua itu kami jalani dengan penuh kebahagiaan. Kami selalu menghabiskan waktu bersama saat weekend tiba, bahkan jika sedang libur bekerja Aryo suka menjemputku ke kampus. Tempat favorit kami adalah pojok sebuah caffé dengan desain interior vintage dilengkapi pernak-pernik jadul didalamnya. Tiap ketempat itu kami selalu memesan mennu yang sama yaitu Beef Lasagna dan Honeydew Smoothies yang menjadi favorite kami berdua.
Kami juga suka traveling bersama-sama dengan temanku atau teman-temanya sesekali juga bersama keluarga kita berdua menjelajah ke berbagai daerah di Indonesia. Dari mulai pulau semak daun di kepulauan seribu, tanjung lesung, gunung papandayan, greencanyon, pantai indrayanti, gunung dieng, pulau sempu dan lainnya. Begitu banyak kenangan manis yang kami lewati berdua hingga satu album foto pun tak cukup untuk mengabadikan kebersamaan kita yang tak terasa sudah terjalin lebih dari 3 tahun.
Menginjak tahun keempat hari-hari kami sudah tak lagi dipenuhi dengan canda tawa, berdebatan lah yang kini silih berganti ada didalamnya. Perbedaan pendapat yang sering menjadi pemicu nya. Hingga pada akhirnya dicapai keputusan untuk mengakhiri hubungan kami yang telah terjalin sekian lama.
Selepas putus dari Aryo ada kelegaan dalam diriku karena kami tidak perlu lagi harus selalu bertengkar, namun juga tidak dapat dipungkiri bahwa aku merindukannya. Sudah satu bulan kami jalani hidup masing-masing. Tidak ada lagi dia yang menanyakan atau sekedar mengingatkan dengan pesan singkat “kamu udah makan belum?” “besok aku jemput ya” “aku sayang banget sama kamu” dan bla bla bla..
Sangat tidak mudah untukku melupakan sosok yang selama hampir empat tahun ini selalu mengisi hari-hariku. Ya karena aku mungkin tipe orang yang setia. Jika sudah menyayangi satu orang akan sulit untuk melupakan atau menggantikan dengan sosok lain. Perasaan inilah yang sangat menyiksaku hingga hari ini.
Duniaku terasa sangat sepi tanpa dia. Hanya tugas-tugas kampus yang menyita waktuku menjadi obat peluntur akan kenangan tentang dirinya. Selebihnya ku lewati hari dengan hangout dengan sahabat-sahabatku atau mencoba resep baru dirumah.
Namun cara itu pun tak sepenuhnya berhasil, karena tiap hal yang aku lakukan selalu mengingatkanku pada Aryo. Tiap aku menghabiskan waktu dengan sahabatku pasti ada suatu tempat yang mengingatkannku padanya, tiap aku mencoba resep baru aku juga mengingatnya, karena dulu ia adalah orang pertama yang selalu mencicipi hasil dari kerjaku di dapur. “Haaaaaah” ku acak-acak rambutku, aku juga sering sekali menangis tak karuan.
385 hari kulewati kesendirian tanpa kabar sedikitpun darinya. Hanya berbekal akun facebook yang tidak ia remove perantara komunikasiku dengannya. Namun aku sadar aku adalah wanita yang memiliki rasa gengsi setengah mati walau rindu ini telah mencapai puncaknya. Yang hanya bisa meneteskan air mata kerinduan yang tak berbalas. Yang hanya bisa mengobati nya dengan melihat album kenangan kita dulu.
Tak kuasa keinginanku membuka akun facebooknya, ku ketik nama yang sangat ku hafal itu “Aryo Arfandito” ku lihat kini sosoknya di profile picture yang telah berubah semakin dewasa, dengan gaya rambut masa kini lengkap dengan pomade mu yang membuatku semakin rindu. Juga beberapa postingan nya yang seolah menggambarkan bahwa kamu tak sendiri lagi. Betapa sakitnya hatiku melihatnya, mungkin kini ia telah bisa melupakanku dan kenangan akan kita. Namun aku pun turut bahagia akan dirimu yang saat ini menjadi lebih mapan dan bahagia walau bukan denganku. Aku disini selalu mendoakan apapun yang terbaik untukmu ‘yo dan berharap aku dapat segera menghapus perasaan ini yang entah kapan akan usai. Entah mungkin satu minggu lagi, satu bulan lagi, ataukah satu dua tiga tahun lagi. Aku tak tau...
“Fuuuuuhhhhh”.. ku hembuskan nafas, pikiranku kacau sampai hari ini, bahkan di dalam ramai nya suasana dalam bus kota yang penuh sesak pengap akan manusia yang berjejal mencari nafkah diriku masih diselimuti oleh kegalauan saat memasang headset dan memutar lagu favorite kami berdua when you love someone milik Endah and Rhesa.
Pikiranku melayang terulang saat dimana lima tahun lalu awal pertemuan kita di sebuah toko buku di pusat perbelanjaan ibu kota, yang membuatku langsung menyunggingkan senyum merekah.
“eh sorry” kata yang terucap di bibir kami berdua ketika kami hampir bertabrakan saat aku ingin mengambil comic favoritku di salah satu lorong toko buku.
Tak hanya berhenti disitu, ternyata dia diam-diam melirik buku apa yang aku cari. Mataku masih berputar diantara tumpukan comic-comic itu namun tak satupun kutemukan comic yang itu.
“Kamu cari ini?”... langsung ku menoleh ke arah suara itu. Dannnnn mataku terbelalak kegirangan karena melihat comic yang ku cari sedari tadi ada didepan mata.
“nih ambil aja” katanya.
“hmm gausah deh itu kan kamu duluan yang dapet” balasku.
Dari percakapan saat itu hubungan kami berkembang semakin akrab, hingga sampai pada tanggal 29 Oktober 2007 menjadi hari yang sangat indah untukku, karena pada hari itu Aryo, lelaki 170cm dengan kacamata dan lesung pipi menghiasi wajahnya, memintaku untuk menjadi pacarnya. Aryo adalah tipeku. Ia sosok yang pintar selalu bisa menjawab semua apa yang kutanyakan, Aryo juga pria yang dapat melengkapi sifatku yang introvert dan dia juga pria yang stylish sebagai bonusnya, mungkin itu juga karena pekerjaannya sebagai creative director di sebuah majalah fashion. Hihi. Karena itu juga aku mengiyakan permintaan Aryo kala itu.
Bila di ingat memang sangat lucu awal pertemuan kami, seperti di dalam sinetron-sinetron. Hahaha
Hari demi hari kami kami lewati bersama sebagai sepasang kekasih, semua itu kami jalani dengan penuh kebahagiaan. Kami selalu menghabiskan waktu bersama saat weekend tiba, bahkan jika sedang libur bekerja Aryo suka menjemputku ke kampus. Tempat favorit kami adalah pojok sebuah caffé dengan desain interior vintage dilengkapi pernak-pernik jadul didalamnya. Tiap ketempat itu kami selalu memesan mennu yang sama yaitu Beef Lasagna dan Honeydew Smoothies yang menjadi favorite kami berdua.
Kami juga suka traveling bersama-sama dengan temanku atau teman-temanya sesekali juga bersama keluarga kita berdua menjelajah ke berbagai daerah di Indonesia. Dari mulai pulau semak daun di kepulauan seribu, tanjung lesung, gunung papandayan, greencanyon, pantai indrayanti, gunung dieng, pulau sempu dan lainnya. Begitu banyak kenangan manis yang kami lewati berdua hingga satu album foto pun tak cukup untuk mengabadikan kebersamaan kita yang tak terasa sudah terjalin lebih dari 3 tahun.
Menginjak tahun keempat hari-hari kami sudah tak lagi dipenuhi dengan canda tawa, berdebatan lah yang kini silih berganti ada didalamnya. Perbedaan pendapat yang sering menjadi pemicu nya. Hingga pada akhirnya dicapai keputusan untuk mengakhiri hubungan kami yang telah terjalin sekian lama.
Selepas putus dari Aryo ada kelegaan dalam diriku karena kami tidak perlu lagi harus selalu bertengkar, namun juga tidak dapat dipungkiri bahwa aku merindukannya. Sudah satu bulan kami jalani hidup masing-masing. Tidak ada lagi dia yang menanyakan atau sekedar mengingatkan dengan pesan singkat “kamu udah makan belum?” “besok aku jemput ya” “aku sayang banget sama kamu” dan bla bla bla..
Sangat tidak mudah untukku melupakan sosok yang selama hampir empat tahun ini selalu mengisi hari-hariku. Ya karena aku mungkin tipe orang yang setia. Jika sudah menyayangi satu orang akan sulit untuk melupakan atau menggantikan dengan sosok lain. Perasaan inilah yang sangat menyiksaku hingga hari ini.
Duniaku terasa sangat sepi tanpa dia. Hanya tugas-tugas kampus yang menyita waktuku menjadi obat peluntur akan kenangan tentang dirinya. Selebihnya ku lewati hari dengan hangout dengan sahabat-sahabatku atau mencoba resep baru dirumah.
Namun cara itu pun tak sepenuhnya berhasil, karena tiap hal yang aku lakukan selalu mengingatkanku pada Aryo. Tiap aku menghabiskan waktu dengan sahabatku pasti ada suatu tempat yang mengingatkannku padanya, tiap aku mencoba resep baru aku juga mengingatnya, karena dulu ia adalah orang pertama yang selalu mencicipi hasil dari kerjaku di dapur. “Haaaaaah” ku acak-acak rambutku, aku juga sering sekali menangis tak karuan.
385 hari kulewati kesendirian tanpa kabar sedikitpun darinya. Hanya berbekal akun facebook yang tidak ia remove perantara komunikasiku dengannya. Namun aku sadar aku adalah wanita yang memiliki rasa gengsi setengah mati walau rindu ini telah mencapai puncaknya. Yang hanya bisa meneteskan air mata kerinduan yang tak berbalas. Yang hanya bisa mengobati nya dengan melihat album kenangan kita dulu.
Tak kuasa keinginanku membuka akun facebooknya, ku ketik nama yang sangat ku hafal itu “Aryo Arfandito” ku lihat kini sosoknya di profile picture yang telah berubah semakin dewasa, dengan gaya rambut masa kini lengkap dengan pomade mu yang membuatku semakin rindu. Juga beberapa postingan nya yang seolah menggambarkan bahwa kamu tak sendiri lagi. Betapa sakitnya hatiku melihatnya, mungkin kini ia telah bisa melupakanku dan kenangan akan kita. Namun aku pun turut bahagia akan dirimu yang saat ini menjadi lebih mapan dan bahagia walau bukan denganku. Aku disini selalu mendoakan apapun yang terbaik untukmu ‘yo dan berharap aku dapat segera menghapus perasaan ini yang entah kapan akan usai. Entah mungkin satu minggu lagi, satu bulan lagi, ataukah satu dua tiga tahun lagi. Aku tak tau...
Yang kau tidak tau,
masih ada aku yang selalu merindukanmu.
Komentar
Posting Komentar